Minggu, 07 November 2021

Yaa Lal Wathon: Lagu Magis lagu perjuangan sebelum Indonesia Berwujud

  


Manado-05/11/2021. Malam ini saya menghadiri sebuah acara luar biasa yang digagas dan diiniasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia kerja bareng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Acara ini adalah Workshop Pemimpin Agama dan Penggerak Gerakan Nasional Revolusi Mental dan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Sulawesi Utara. Acara serupa pernah saya ikuti sekitar empat tahun lalu tepatnya pada tahun 2017. Saat itu saya hadir benar-benar murni sebagai peserta MKNU yang harus duduk disiplin mengikuti acara dengan durasi minimal 36 jam itu. Alhamdulillah malam ini kembali saya bisa menikmati situasi yang sama meskipun bukan lagi sebagai peserta namun hanya sebagai “penggembira”.

Acara malam ini dilaksanakan di salah satu hotel terkenal di Manado. Tempatnya strategis di bilangan pusat kota Manado yang multikultural. Di tempat ini selain bersilaturahim dengan sesama warga nahdliyin saya bisa kembali merefresh pengetahuan saya terkait dengan materi-materi inti MKNU yang luar biasa. Hebatnya materi ini juga disampaikan oleh narasumber-narasumber pusat dari PBNU yang juga luar biasa. Malam ini saya menikmati uraian komprehensif dari Drs. H. Sulthonul Huda, M.Si dan Dr. H. Endin AJ Soefihara, MMA. Keduanya luar biasa mampu menyampaikan materi yang berat dengan ringan, bersahaja, dan lucunya pasti khas NU. Kira-kira miriplah dengan stand up comedy namun penuh dengan isi dan gizi yang penting untuk nutrisi isi kepala saya yang mulai melemah ini. Adapun materinya adalah arah cita-cita  dan strategi perjuangan NU 2015-2026 dan Review perjalanan satu abad NU 1926-2026.

Ditengah-tengah acara kami diminta berdiri untuk menyanyikan sebuah lagu yang tidak asing lagi buat saya dan warga nahdliyin lainnya. Lagu itu adalah Syubbanul Wathon (Pemuda Cinta Tanah Air) yang lebih familiar disebut Yaa Lal Wathon. Lirik lagu ini diciptakan langsung oleh K.H. Wahab Hasbullah salah satu kiai besar pendiri Nahdlatul Ulama. Lagu ini tercipta sebagai lagu perjuangan rakyat di tahun 1934 dengan berbahasa Arab. Jika menelisik isi lagu kita dapatkan didalamnya terdapat sebuah ekspresi atau ungkapan mendalam tentang nasionalisme. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang ingin digelorakan oleh sosok sang kiai. Benih-benih cinta tanah air ini akhirnya bisa menjadi energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas sehingga perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan sebuah bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan.

Slogan hubbul wathon minal iman sendiri adalah potongan lirik yang terdapat dalam lagu ini. Ungkapan ini menjadi begitu popular  mengalahkan judul lagunya sendiri. Cinta tanah air bagian dari iman, bahasa kerennya nasionalisme bagian dari iman itu sendiri.  Siapapun yang pernah menghafal lirik lagu ini dan menyanyikannya pasti akan merinding  karena spirit dan magis liriknya. Jauh sebelum Indonesia merdeka lagu ini telah eksis di pesantren-pesantren khususnya pesantren Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama telah mengajarkan bab hubbul wathan jauh sebelum Indonesia menjadi sebuah bangsa dan Negara yang berdaulat. Kesimpulannya Nahdlatul Ulama sedari dulu telah memiliki visi yang jelas terkait dengan wilayah Nusantara yang harus menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai kapanpun. Karena NKRI adalah Negara kesepakatan, siapapun yang melanggar kesepakatan adalah penghianat bangsa. Dari dulu hingga sekarang satu-satunya organisasi masyarakat (ormas) yang getol menyuarakan NKRI harga mati hanyalah Nahdlatul Ulama. Mari kita simak dan dengarkan bersama lagu hasil istiqarah sang kiai.

Salam Moderasi Beragama!!

Penulis: Bakri, S.Pd.I., M.Pd.I

Guru SMK Islam Yapim Manado

0 comments:

Posting Komentar